Dara...
Ada dalam untaian melodi cerita yg tersapu hening waktu terselip pagut senja menuju malam, malam menuju cahaya
menuju lembar-lembar kata yang terlipat dibalik urat nadi seorang ibu
Dara...
Celoteh embun dan damai rahasia rana di antara tabir-tabir tanpa warna
Di antara waktu-waktu sang rahim mengeja udara, masa, dan jarak menuju bisu tak berdaksa
Bagai rayap, bagai garis batas, bagai noda dalam warna dan titik hitam di tengah cahaya menjelma gadis bumi, memahat pualam mimpi, terwujud dalam jemari-jemari mungil yang melukis pelangi para dewata di tengah maharana
Jingga warna bidadari, magenta netra dan hampar aksara kaya makna.
Menyayat sang rahim menuju sunyi, menuju malu tak berhati
munuju setiap siang yang terpekur cemburu dan bercerita tentang kepak kupu-kupu
Dara...
Cintaku tak berbayar samudera, seluas kepak manyar menuju pembaringan senja dan semburat malam tanpa noda
Cintaku sunyi
Membagi urat-uratku hingga renta, hatiku hingga kelu, dan sujudku hingga maujud
Cintaku tak terbilang usia
Di tapal batas menuju langkah-langkah para ksatria menguji nafsu bumi,
para brahmana melukis nafas dewata...
kusulam hidupmu lewat udara, lewat tabir-tabir putih tanpa tanda dan penuh rahasia
Dara...
sinarmu surga...