Lagi...menangis lagi...lagi...
Sudah 34 jam lebih sedikit...ujung-ujung mata sipit makin menyempit...
Kerongkongannya mati seperti ditali
Netra bungkam dan mulut terpejam
Yang dia minta hanya mengepak seperti lebah
Dan memuai seperti uap air, dalam setiap celoteh-celoteh apriori.
Apa artinya nestapa? Apa gunanya bahagia? Apa maknanya setia?
Dalam hidup seekor rayap yang beranak matahari
Lagi...dan menangis lagi...
Mimpinya terkoyak seperti perawan, dalam setiap malam ia menggumam.
Kembalikan langitnya, kembalikan udaranya, kembalikan cahya-cahyanya...
Kedalam sebuah box korek api
Kedalam kebebasan seekor ulat yang merajut galaksi
Dalam tetesan air mata dan sunyi yang abadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar