Jumat, 09 Januari 2009

MENATAP MASA LALU

Sungguh menakjubkan bagaimana kita bisa menatap alam semesta di masa lalu. Cahaya bintang dan galaksi yang jauh membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai bumi. Galaksi terjauh itu berjarak 12 miliar tahun cahaya , artinya dibutuhkan waktu 12 miliar tahun agar cahayanya mencapai bumi. Jadi jika sesuatu terjadi di galaksi yang terjauh, mungkin baru akan sampai di bumi itu sekitar 12 miliar tahun cahaya kemudian. Begitupun saat kita menatap kerlip bintang di langit malam, sungguh kerlip itu berlangsung sangat jauh rentang waktunya hingga kemudian sampai ke mata kita.
Saat kita menatap masa lalu kita, betulkah apa yang kita rasakan hari ini adalah ekses dari masa lalu. Beberapa nilai yang dianut oleh umat manusia percaya akan adanya takdir. Sesuatu yang dibangun di masa lampau tentu punya akibat bagi keberlangsungan satu fenomena di masa yang akan datang.
Satu kejadian di ujung Kutub Utara sana berpengaruh pada jatuhnya pesawat di pulau Kalimantan, mungkinkah??. Kamu percaya teori chaos?. Bahwa setiap unsur yang membangun setiap senyawa yang ada di muka bumi ini saling berpengaruh. Ada daya tarik magnetis antara satu unsur dengan unsur lainnya. Mungkin realitas ini yang digambarkan oleh doktrin takdir. Bahwa keterkaitan setiap individu, molekul, unsur, senyawa, sel, jutaan sel, itu saling mempengaruhi satu sama lain.
Hakikat peradaban menghantarkan umat manusia pada apa yang dinamakan perubahan. Seorang kawan pernah berkata, bahwa tragedi genocide akan membantu menciptakan satu peradaban baru dengan menghilangnya satu generasi. Terlepas dari nilai kemanusiaan, bahwa pembunuhan massal, bunuh diri massal, pemusnahan massal adalah produk peradaban. Bagaimanapun kita tidak bisa memungkirinya. Namun mungkin kita bisa berkaca dari masa lalu, apa yang menyebabkan sesuatu bisa terjadi. Tentu campur tangan sejarah pula yang membuat manusia melakukan perubahan. ”Berkaca dari masa lalu” adalah sebuah ungkapan yang tepat untuk merespon fenomena yang terjadi dalam peradaban manusia.
Seorang bayi yang didiamkan di dalam satu ruangan tanpa diberi makan, diasuh, atau dididik, apakah bisa survive. Ya mungkin mustahil, tapi coba tengok korban peperangan yang tidak paham darimana asal usulnya. Atau misalnya korban bencana tsunami yang dievakuasi dan kemudian diasuh dalam lingkup keluarga yang berbeda dengan keluarga aslinya. Jadi intinya, setiap apa yang kita lakukan hari ini punya ekses di masa yang akan datang. Apa yang kita tanam, suatu hari nanti akan kita rasakan hasilnya. Berkaca dari gugus galaksi, kita bisa melihat apa yang bisa diprediksi dari gejala alam semesta. Berkaca dari pola hidup masyarakat, kita bisa membaca realitas sosial. Berkaca dari masa lalu kita, kita bisa mengintip masa depan. Jadi jangan anggap remeh masalah takdir, karena sebetulnya kita sangat bisa merekayasa hidup kita.

5 komentar:

wonka mengatakan...

hehe..seneng bacanya :)

wonka mengatakan...

waktu kita melintas di dunia ini hanya sebutir pasir dalam lintasan badai gurun waktu semesta.

betapa kecilnya kita..

Anonim mengatakan...

... HADAPISAJA ...

tresnadewidinni mengatakan...

my dear sis.. every option we choose today ends in consequences.. ya, apa yang kita tanam hari ini menentukan hasil yang kita petik di kemudian hari.. Tapi sepintar apapun kita berhitung dan merancang hidup, masa depan selalu diselubungi kaca hablur yang tak pernah bisa tertangkap jelas dengan teropong secanggih apapun.. bahkan permasalahan basis yang kita rumuskan dalam bahasa logis dan matematis pun tak pernah dapat memberi jawaban pasti.. mungkin hakikat alam semesta adalah chaos yang tak bs diprediksi.. tapi kita selalu jatuh cinta dengan kepastian dan harmoni.. yeah better do what we can do at best.. and we'll see what happen in the future :) luv you

vmoranie mengatakan...

seperti seorg sahabat ygan pernah saya ceritakn mengutip : we can not predict the future but we can create it... jadi si masa lalu lah yg membuat masa yg akan datang itu akan spt apa.. betul begitu?