Rabu, 07 Desember 2011

Kersen

Dia serupa arbei. Manis, tak ada asam sedikitpun. Dengan dedaunan seperti mint.

Waktu kecil dulu, buah kersen akrab di lidah saya. Ditanam dengan sengaja di selokan belakang rumah. Ibu bilang buah kersen makanan "leuweung" biasa dikonsumsi ular dan hewan melata. Di situ saya yakin, di sekitar rumah pasti banyak sarang ular :)

Pagi ini tiba-tiba ingin makan buah Kersen, dengan biji-biji kecil seperti pasir. Di mana ya, tumbuh Kersen yang tidak ada sarang ularnya?

2 komentar:

tflaneur mengatakan...

20 tahun lalu di depan rumah saya masih sungai besar dengan air keruh, jika hujan seperti bandang, air melaju kencang menuju laut. Lalu kami menggulung kasur, memanjat ke atap rumah, biasanya air meluap sampai pinggang orang dewasa.

Pinggiran sungai itu penuh wc helikopter, yang siap mengantar siapa saja ke antariksa, tanpa celana :D

Tanggul sungai itu dipenuhi pepohonan dan ilalang, rimbun seperti hutan kecil, penuh burung, biawak, dan ular yang melingkar di pohon kersen yang berbuah sepanjang tahun. Dahannya menjulur ke sungai, seperti papan loncat, tempat anak2 seusia saya meloncat indah ke sungai keruh itu.

Saya juga suka buah kersen, krenyes di lidah, kata emak, membuat anak kecil jadi capetang :) jika sedang gagap, mungkin kita butuh bantuan buah kersen, biar capetang :D

Alice Wonderland mengatakan...

Hehe...rupanya kersen bukan monopoli orang daratan saja ya. Siapa dia yang pernah tinggal di kampung, atau mendekati leuweung pasti kenal buah eksotik ini

Saya jadi ingat, pohon di sebelahnya adalah pohon "muncang". Pohon itu yang membuat rumah saya terkenal seantero kelurahan, konon di pucuk pohon tinggal Kuntilanak. Hehe...kuntilanak aerodinamis, bertengger kok di atas pohon :D